Wakatobi, surga bahari Nusantara menawarkan pesona alam bawah laut yang membuat setiap penyelam merasa seolah‑olah sedang “mencicipi surga” di kedalaman samudra. Dari gugusan empat pulau utama Wangi‑Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko hadirlah sebuah taman nasional seluas 1,39 juta hektare dengan kekayaan karang paling padat di Indonesia.
Ringkasan Kilat Wakatobi
Jika Anda mencari destinasi yang memadukan keheningan pantai, budaya pesisir, dan keragaman biota laut, maka Wakatobi pantas berada di urutan teratas bucket list. Tak heran bila National Geographic Traveler pernah menobatkan area ini sebagai salah satu lokasi diving terbaik di dunia bahkan banyak penyelam menyandingkannya dengan Great Barrier Reef di Australia.
Sejarah Singkat dan Status Taman Nasional
Wakatobi resmi ditunjuk sebagai taman nasional pada 19 Agustus 1996. Inisiatif ini lahir dari kebutuhan melindungi lebih dari 750 spesies karang (sekitar 90 % dari total spesies karang dunia) serta ribuan spesies ikan. Program konservasi ini diperkuat melalui pendekatan kolaboratif antara pemerintah daerah, lembaga internasional, dan komunitas lokal Suku Bajo the sea gypsies yang dikenal mahir membaca cuaca hanya lewat pola awan.
Pesona Alam Bawah Laut Wakatobi yang Mendunia

Keindahan bawah laut Wakatobi diibaratkan “mosaic raksasa” dari terumbu karang warna‑warni yang terus memikat fotografer kelas dunia. Bahkan Jacques Cousteau ikon underwater exploration pernah menjuluki perairan ini sebagai “Underwater Nirvana”.
Keragaman Terumbu Karang Unik

Perairannya tenang, visibilitas mencapai 40 meter pada musim kemarau, membuat proses dokumentasi video bawah laut menjadi mulus tanpa efek backscatter berlebihan.
Ikan‑Ikan Karismatik, dari Napoleon Wrasse hingga Pygmy Seahorse
- Ikan Napoleon Wrasse (Cheilinus undulatus)

- Kuda Laut Mini (Hippocampus bargibanti)

Aktivitas Seru untuk Petualang
Berikut aktivitas wajib supaya liburan Anda tak sekadar sunbathing di pasir putih.
Snorkeling di Pantai Sombu

Pantai Sombu di Pulau Wangi‑Wangi ibarat jendela kaca raksasa ke taman karang. Cukup beberapa puluh langkah dari bibir pantai, terhampar ladang Acropora bergradasi neon. Ombak relatif jinak, cocok bagi pemula yang baru belajar fin kick dasar.
Menyelam di Roma Reef

Terletak di perairan Tomia, Roma Reef menyajikan dinding karang vertikal setinggi 30 meter.
Budaya dan Kehidupan Lokal
Kearifan Suku Bajo
Suku Bajo memang hidup di atas rumah panggung kayu yang “mengapung” di laguna tenang. Selain itu, Mereka piawai juga membuat perahu lepa‑lepa tanpa paku, hanya pasak kayu dan rotan.
Kuliner Wajib Coba
- Kasuwi Parende, sup ikan tuna kuah bening dengan rempah-rempah seperti kencur.

- Ikan Bakar Laluta, dipanggang memakai kayu mangrove sehingga aromanya khas.

- Kambalu, ketan kukus dalam anyaman daun kelapa muda, cocok sebagai sumber energi alami sebelum menyelam.

Rute dan Aksesibilitas
- Udara, penerbangan harian dari Jakarta ke Bandara Matahora (WNI) via Makassar.
- Laut, kapal cepat reguler menghubungkan Bau‑Bau dan Wanci, praktis untuk backpacker.
- Darat, sewa kendaraan bermotor adalah opsi fleksibel, jarak antar desa relatif dekat (15‑30 menit berkendara).
Rekomendasi Waktu Berkunjung
Musim kemarau antara April–November menjanjikan jarak pandang bawah air optimal. Bulan Juni‑Agustus sering terjadi migrasi lumba-lumba moncong panjang (Stenella longirostris), momen sempurna bagi pecinta paus.